Hallo namaku sentiya winata aku baru duduk di bangku semester 1 universitas jakarta , sebelum nya aku ingin bertanya , apa yang di nama kan cinta?apa yang di nama kan sayang? Apakah cuek
sama cinta itu sama?menurut saya. Kalau kalian melihat orang kalian
cintai atau sayangi itu sedang sedih , apa yang kalian lakukan, ga musti diem aja
kan Cuma ngliat doang,, kalau aku, aku bakal samperin dia, nghibur dia,
nemenin dia.
jam menunjukan angka 7.00, udah waktu nya aku berangkat ke kampus. Dan sesampainya di kampus aku langsung duduk ditempat dudukku, dan menoleh ke belakang kearah meja rian. rian Syahreza adalah sahabatku, tapi itu dulu. Semenjak ulang tahunku yang ke 17, dia berubah padaku, perhatiannya melebihi seorang sahabat. Kita udah deket semenjak lulus SMA, itu juga karna dia nyambung sama aku seru di ajak bercanda. Akhir-akhir ini kita deket kesana kesini bareng.
Awal bulan mei aku di beri cobaan oleh tuhan, seorang cewe yang gasuka terhadap kedekatan ku dan rian, dia vera. vera dulu juga dekat dengan rian, tapi mereka ga sampe jadian. Teman-teman era melabrakku, dengan tuduhan aku merebut rian dari vera, entah apa yang harus ku lakukan, faktanya emang rian kan gapernah jadian sama vera. DEKET? Ya tapi itu dulu pada saat mereka kelas 12 SMA. Disini aku di aku belajar menjadi sosok pribadi yang kuat, sabar dan tidak menghiraukan mereka yang iri padaku. aku tak memikirkan masalah itu, karna hati aku yang terpenting bukan mereka. BANDARQ
Aku cape harus bolak-balik wc untuk membuang air mata kepedihan ini, aku ga kuat nahan air mata di depan rian. Setiap kali aku menatap matanya aku bertanya dalam hati “apakah kamu benar mencintaiku, taukah aku hanya bonekamu?”, sikap cueknya itu membuatku perih dan sesak di dada. Aku harus bertahan, mungkin aku belum terbiasa dengan sikapnya, harus selalu optimis berfikir tentang dia. Prinsipku “jika kita ingin di mengerti oleh mereka, kita juga harus mengerti mereka” yup aku harus ngertiin dia. Berminggu-minggu aku dekat padanya, tapi dia sama sekali belum menyatakan perasaannya, aku rasa aku harus menunggu dan dia juga butuh waktu, dan aku yakin dia punya cara tersendiri buat ngungkapinnya
hari ini upacara bendera libur dulu soalnya ujan nih pagi-pagi, aku dari dulu gasuka HUJAN ya H-U-J-A-N, aku gasuka petir. Aku duduk diam di bangkuku dan lalu aku menoleh ke arah rian yang sedang menikmati music yang ada di speaker porttablenya, aku terus menatapnya dan bicara padanya.
“rian, ganti dong lagunya, aku gasuka lagunya.”
dia melihat ke arahku, dan dia malah buang muka padaku. Aku langsung
terdiam dan membalikkan badanku ke arah papan tulis. Dia gasuka ya sama
aku, sampe dia gtuin aku? Hmm.
aku masih sabar soal itu, aku menoleh teman sebangku ku, aku meminjam biku nya, tapi terdengar dari suara di belakangku “aku dulu lyn yang minjem” aku langsung melempar biku itu kearah mukanya. Dan aku langsung pergi ke WC, dan langsung mengunci pintu dan menyalakan air keran, agar tidak ada yang tau kalau aku nangis. Aku baru sadar sahabatku Nessa dan Dicky tau kalau aku pergi sendirian pasti ada sesuatu hal yang terjadi kepadaku, aku langsung mengusap air mataku, dan mencuci muka ku, dan keluar dari WC umum itu, dan aku berjalan menuju kantin. Aku tidak peduli aku harus kehujanan, walaupun hujannya tidak terlalu lebat. Aku memesan secangkir teh hangat, dan langsung duduk di meja kantin, ku pandangi samrtphone. tidak, ga ada satupun pesan atau bbm dari rian. rian tidak mengkhawatirkanku, dia tak mencariku, tiba-tiba hujan sangat lebat datang menghampiri, aku sudah tak kuat menahan rasa sakit dan air mata ini. Aku langsung berjalan menuju kelasku dengan airmata ini, se engganya kali ini hujan telah membantu ku untuk menghapus air mata ini.
Sudah 1jam aku berada di luar kelas, sebentar lagi waktu nya pulang , aku pun langsung segera ke kelas dengan basah kuyup. Pas aku baru masuk kelas, mataku langsung tertuju pada rian, ternyata dia asik-asik aja bercanda sama teman lainya, YA dia sama sekali tidak mencariku dan mengkhawatirkanku. Aku langsung mengambil tasku dan pulang ke rumah dengan motor kesayanganku, tak pandang seberapa deras hujan saat itu.
sesampainya di rumah aku langsung lari ke kamar mandi, seperti biasa aku langsung menyalakan air keran di bak mandi. Aku berdiri di depan cermin, mataku, hidungku, bibirku merah karena hujan di mataku ini, teringat rian aku langsung menahan sesak di dada dan airmata ini. Aku menghempaskan tubuhku di lantai kamar mandiku, aku meluapkan rasa sakit itu dengan air mata. Brian gasuka sama aku, Brian ga peduli sama aku. Dari hal terkecil tadi aja dia tidak menghawatirkan aku. Sampai sekarang aku ga pernah tau perasaan rian gimana dengan aku, aku tak boleh terlalu berharap. Kalau dia ada rasa sama aku pasti dia nyari aku, tapi nyatanya engga. Aku ga boleh nangis lagi aku harus bangun dari ketepurukanku, dia ga bakal tau aku sesakit ini dan menurutku kalau cinta itu seneng susah bareng, tapi malah senengnya aja yang bareng ya aku tau dia ga ada rasa sama aku, wake up lyn masih banyak yang lain
aku masih sabar soal itu, aku menoleh teman sebangku ku, aku meminjam biku nya, tapi terdengar dari suara di belakangku “aku dulu lyn yang minjem” aku langsung melempar biku itu kearah mukanya. Dan aku langsung pergi ke WC, dan langsung mengunci pintu dan menyalakan air keran, agar tidak ada yang tau kalau aku nangis. Aku baru sadar sahabatku Nessa dan Dicky tau kalau aku pergi sendirian pasti ada sesuatu hal yang terjadi kepadaku, aku langsung mengusap air mataku, dan mencuci muka ku, dan keluar dari WC umum itu, dan aku berjalan menuju kantin. Aku tidak peduli aku harus kehujanan, walaupun hujannya tidak terlalu lebat. Aku memesan secangkir teh hangat, dan langsung duduk di meja kantin, ku pandangi samrtphone. tidak, ga ada satupun pesan atau bbm dari rian. rian tidak mengkhawatirkanku, dia tak mencariku, tiba-tiba hujan sangat lebat datang menghampiri, aku sudah tak kuat menahan rasa sakit dan air mata ini. Aku langsung berjalan menuju kelasku dengan airmata ini, se engganya kali ini hujan telah membantu ku untuk menghapus air mata ini.
Sudah 1jam aku berada di luar kelas, sebentar lagi waktu nya pulang , aku pun langsung segera ke kelas dengan basah kuyup. Pas aku baru masuk kelas, mataku langsung tertuju pada rian, ternyata dia asik-asik aja bercanda sama teman lainya, YA dia sama sekali tidak mencariku dan mengkhawatirkanku. Aku langsung mengambil tasku dan pulang ke rumah dengan motor kesayanganku, tak pandang seberapa deras hujan saat itu.
sesampainya di rumah aku langsung lari ke kamar mandi, seperti biasa aku langsung menyalakan air keran di bak mandi. Aku berdiri di depan cermin, mataku, hidungku, bibirku merah karena hujan di mataku ini, teringat rian aku langsung menahan sesak di dada dan airmata ini. Aku menghempaskan tubuhku di lantai kamar mandiku, aku meluapkan rasa sakit itu dengan air mata. Brian gasuka sama aku, Brian ga peduli sama aku. Dari hal terkecil tadi aja dia tidak menghawatirkan aku. Sampai sekarang aku ga pernah tau perasaan rian gimana dengan aku, aku tak boleh terlalu berharap. Kalau dia ada rasa sama aku pasti dia nyari aku, tapi nyatanya engga. Aku ga boleh nangis lagi aku harus bangun dari ketepurukanku, dia ga bakal tau aku sesakit ini dan menurutku kalau cinta itu seneng susah bareng, tapi malah senengnya aja yang bareng ya aku tau dia ga ada rasa sama aku, wake up lyn masih banyak yang lain
besoknya di campus , aku masuk kekelasku dan pagi itu aku
bertemu sesosok rian, aku langsung berhenti di tempat sejenak, ku tarik
nafasku ku dalam-dalam dan ku hembuskan perlahan dan aku langsung
melanjutkan jalan ku ke rah kursi ku. rian menghampiriku, dia
berbicara panjang lebar tapi sayangnya aku udah ga peduli, aku abaikan
saja dia. Bel istirahat sudah berbunyi aku segera membereskan
buku-bukuku di atas meja, dan berdiri dari tempat duduk ku, rian
menarik tanganku, dia berbicara dengan nada pelan kepadaku.
“lyn, kamu kenapa?” Tanya rian.
“menurutmu aku kenapa? Jawabku.
“kamu beda lyn, aku salah apa sama kamu?” nada yang semakin pelan.
“kamu bilang aku beda? Aku kaya gini karna karna kamu? Sudahlah kamu itu engga pernah peduli sama aku Yan, dan sekarang kamu gausah sok sokan peduli gitu sama aku huh.” Nadaku agak tinggi.
aku perlahan pergi meninggalkan rian, tapi rian menarik tanganku.
“tapi tunggu lyn, aku sayang kamu.”
“oh gitu ya, kemarin-kemarin kamu kemana, saat aku butuhin yang ada malahan kamu asik-asik sendiri kan sama temen-temen kamu, aku pergi dan kehujanan kemarin, apa kamu khawatirin aku? Engga Yan kamu engga peduli sama aku, sekarang kamu se enaknya bilang sayang, emang aku apaan Yan ?” kesalku
“Lyn dengerin penjelasan aku dulu.” Rintihnya.
“aku ga butuh penjelasan apapun dari kamu yan, semuanya udah jelas kok!” suara lantang keluar dari mulutku, lalu aku langsung melepaskan genggamannya dan kemudian aku pergi meninggalkannya.
aku berjalan entah kemana, aku gapunya tujuan, yang tadinya mau ke kantin, Nessa dan Dicky ninggalin aku. Tetes demi tetes air mata ini mulai berjatuhan, kenapa harus kaya gini sih. Aku terus berjalan sambil mengusap airmataku. Karna ini semua bukan akhir , karna sudah lama aku lelah menunggunya, menunggu kepastian hubungan diantara kita itu apa. Ternyata aku baru sadar orang yang mencintai kita adalah orang yang memperdulikan kita seperti sahabat-sahabatkudan orng tua ku
“lyn, kamu kenapa?” Tanya rian.
“menurutmu aku kenapa? Jawabku.
“kamu beda lyn, aku salah apa sama kamu?” nada yang semakin pelan.
“kamu bilang aku beda? Aku kaya gini karna karna kamu? Sudahlah kamu itu engga pernah peduli sama aku Yan, dan sekarang kamu gausah sok sokan peduli gitu sama aku huh.” Nadaku agak tinggi.
aku perlahan pergi meninggalkan rian, tapi rian menarik tanganku.
“tapi tunggu lyn, aku sayang kamu.”
“oh gitu ya, kemarin-kemarin kamu kemana, saat aku butuhin yang ada malahan kamu asik-asik sendiri kan sama temen-temen kamu, aku pergi dan kehujanan kemarin, apa kamu khawatirin aku? Engga Yan kamu engga peduli sama aku, sekarang kamu se enaknya bilang sayang, emang aku apaan Yan ?” kesalku
“Lyn dengerin penjelasan aku dulu.” Rintihnya.
“aku ga butuh penjelasan apapun dari kamu yan, semuanya udah jelas kok!” suara lantang keluar dari mulutku, lalu aku langsung melepaskan genggamannya dan kemudian aku pergi meninggalkannya.
aku berjalan entah kemana, aku gapunya tujuan, yang tadinya mau ke kantin, Nessa dan Dicky ninggalin aku. Tetes demi tetes air mata ini mulai berjatuhan, kenapa harus kaya gini sih. Aku terus berjalan sambil mengusap airmataku. Karna ini semua bukan akhir , karna sudah lama aku lelah menunggunya, menunggu kepastian hubungan diantara kita itu apa. Ternyata aku baru sadar orang yang mencintai kita adalah orang yang memperdulikan kita seperti sahabat-sahabatkudan orng tua ku
0 komentar:
Posting Komentar